Sabtu, 28 Agustus 2010

Missing Person




Used to come around here every day
Now you're breakin
Used to be the one that is not ashamed
Now you shamin
Lost in all the wars we fought
Never saw a road
Now that I think about you in the skies
I'd turn my row
And I wonder where you are
Now I wonder where you..Are

Take yourself down
Pick yourself up
Everything changed when you got along
7 point 1 took it all down
Suddenly you can't even be found
I said all night long

Missing person's in the window
Staring at me
Saying things I cant hear
A missing person's in the window
Staring at me
Haven't seen them in years

First things first
Second in command
Right as i'm trying to change my plan
Second gonna die
Oh he cant breathe
Everybody's staring straight at me
You spend it all chasing those lies
I dont really wanna take that chance
I dont really wanna do that dance
I dont know what to do till you say
Oh I dont wanna let you go
But I cant keep holding on
Skies of silver, Stars of gold
And now you know just what you like

So far this love is all I have
So far this hurt is all I have

Missing person at the window
Missing person at the window
A missing person at the window
Missing person at the window
I wonder where you are
I wonder where you are
I wonder where you are
Wonder where you...

by: One Republic

Jumat, 27 Agustus 2010

Pusing + STres

Duh saya pusing. Ribut lagi ama si do'i.

Saya juga bingung bagaimana mau ceritainnya. Semuanya super rumit yang semakin lama semakin mengeriting.

Maafkan saya vid, soalnya buat saya bohong putih itu BULL SHIT.
Emang sih lebih gampang kalo kita bohong, jadi kamu ngga perlu marah-marah.
Nggak sakit hati, apalagi menjauhi saya begini.

Saya ngerti konsekuensi dari sebuah kejujuran itu mahal, apalagi kejujuran yang saya lakukan itu tidak pada tempatnya.
Kejujuran saya kali ini akan membawa masalah yang lebih besar. Begitu kan' menurutmu?

Tapi kenapa sih kamu langsung mikir ke arah situ? Kamu tidak tahu masalah apa yang akan datang kalau saya nggak bilang? Kalau saya nggak jujur?
Kita semua akan terperangkap dalam paradigma pikiran yang salah. Kamu sadar?

Dan berdasarkan teori inilah, saya bilang bohong putih itu BULL SHIT.

Kalau memang kejujuran itu menyakitkan, meski akan terlahir sebuah perselisihan, pertengkaran atau semacamnya, menurut saya inilah saatnya seorang yang lain jujur pada diri masing-masing.
Entah jujur dengan apa yang dirasakan masing-masing. Entah jujur dengan yang telah dilakukan masing-masing orang di masa lampau dan malah masing-masing orang akan berusaha jujur ke depannya.

Kita pun menjadi saling mengerti satu sama lain.
Nggak perlu kesalahpahaman seperti ini lagi ke depannya.

Nggak akan ada lagi negative thinking.

Saya tahu cara ini ekstrem, dan mungkin secara umum, cacat total.
Tapi tetap saja, prinsip saya: WHITE LIES DO BULL SHIT.

Jadi, sudahlah rasa sakitmu itu vid.
Gimana pun kamu, I always love you no matter what.
I take you as you are.

Dan please, jangan bilang lagi kamu takut sama saya.
Jangan bilang kalau kali ini hubungan kita tidak akan berkembang lebih dari teman.
Jangan bilang kalau kamu akan menjauhi saya.

Jangan hukum saya vid.

Saya sudah cukup 'terhukum' dengan kamu yang marah sama saya.

Saya sudah berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Kalau Ngomong jujur itu salah, saya berjanji tidak akan berkata apa-apa lagi.
Kamu tahu kan' bagaimana apresiasi saya pada sebuah janji?

Ya, kamu bisa pegang janji saya.

Please vid, jangan cuekin saya.


PS: Ini murni racauan belaka setelah beberapa sms dan telpon membabi-buta tidak digubris oleh yang bersangkutan oTL.

Rabu, 25 Agustus 2010

Ukh, dia kenapa?

Saya berjalan menelusuri lorong dan dia di sana. Tentu, saya pura-pura tidak mengenalnya.
Sedangkan dia sudah memperhatikanku dari kejauhan. Mungkin terheran-heran kenapa saya ada di sana?
Curi-curi pandang sesekali, saya risih melihat bola matanya yang masih mengikuti saya.

WATDEHEL.... NAPA SIH LIAT-LIAT?

Saya masih ingat beberapa tahun lampau, dia dengan senyum meringis manja memanggil nama saya penuh harap, Ines... Ines... Ines, lalu mengekori saya dari belakang. Kalau lihat dia, saya jadi teringat pada seekor anak anjing yang menggoyang-goyangkan ekornya penuh antusias ketika bertemu majikannya. Saya pun dengan senyum nan ramah menyapa dia dan berkata-kata padanya dengan nada suara selembut, sehalus dan seformal mungkin. Mungkin cuman dengan dia suara saya bisa bak peri begitu.

Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia bisa 'nempel' gituh sama saya? Apa karena saya sebegitu charming, mempesona, ramah dan suka menabung? Tapi kami berdua tidak terlalu mengenal satu sama lain. Tak mungkin kan dia tahu kepribadian saya yang suka menabung? Saya perhatikan orang-orang sekelilingnya, tak banyak orang yang bernada ramah padanya. Tidak satu dua kali saya mendapati para kaum hawa mendecak kesal secara terang-terangan ketika berbicara padanya. Mulut mereka memberengut dan mata mereka tajam mendadak saat menoleh padanya, seolah ingin cepat-cepat lari dari hadapan dia.

Lama sekali saya keheranan melihat situasi ini sampai akhirnya perkataan teman saya mengganggu saya.

"Eh nes, cowok elo tuh dari tadi nyariin elo." Teman saya berkata dengan nada kesal.

"Cowok yang mana?"

"Itu yang biasa ngekorin elo."

Sejak itu, teman saya memanggil dia 'cowok' saya. Saya tidak suka. Akhirnya, saya benar-benar menjauhi dia. Saat dia memanggil nama saya dengan nada manja kekanakannya, saya pura-pura tidak mendengar dan kemudian mempercepat ritme langkah kaki saya yang tentu saja tidak bisa dia ikuti. Dia pun tahu saya menjauhinya setelah beberapa lama. Dia berhenti memanggil nama saya sama sekali.

Jauh sebelum saya menjauhinya, sebenarnya saya tahu kenapa para kaum hawa kesal padanya. Saya pun sempat kesal, tapi saya masih berusaha baik padanya jika melihat kondisinya. Saya menjauhinya karena saya risih dibilang pasangannya. Maaf.

Ukh, beberapa tahun setelahnya, saya merasa gelombang perasaan tak enak menyerang saya melihat dia di sana. Perasaan bersalah makin menggunung ketika mengingat bagaimana kaki pincangnya selalu dipacu untuk menyamakan langkah saya. Entah bagaimana perlakuan orang padanya sejak kecil karena kondisinya yang berbeda? Saya seharusnya menjadi bagian dari orang-orang yang bisa membuat dunianya lebih baik. Karena sedari awal, itu mungkin yang menjadi alasannya untuk 'nempel' pada saya, tapi saya malah menjauhinya.

Maafkan saya, Yus.

Senin, 23 Agustus 2010

You don't know me, honey




Saya tidak kenal kamu, itu katamu.
Kamu tidak kenal saya, itu kataku.

Saya tahu saya telah salah merumuskan kamu. Menghakimi kamu dan bahkan marah-marah tak jelas.
Kamu bilang saya perlu memperluas pikiran saya. Melihat segala sesuatu lebih dalam dari kelihatannya.

Saya tahu saya salah.

Kamu sendiri bagaimana?

Kamu bilang gambar diri saya rusak?
Kamu tidak tahu betapa nyamannya saya dengan diri sendiri jauh sebelum saya bertemu kamu.
Gendut ataupun kurus, saya tidak peduli. Saya tahu saya ini spesial.
Saya tahu saya berbeda dengan orang lain dan itu membuat saya bangga pada diri saya sendiri.
Saya tahu saya dilahirkan di dunia dengan begitu banyak talenta dan saya tahu saya diciptakan untuk menjadi kepala bukan ekor.

Saya cinta diri saya.

Pernah tidak kamu telusuri kata-kata kamu sendiri ke belakang?
Bagaimana kamu mengkritik pipi saya yang semakin membengkak?
Kamu ingat kamu pernah berkata lebih baik menyukai orang lain dibanding saya?
Sayangku, tanpa kamu bilang pun saya tahu saya harus memperbaiki diri saya.
Luar ataupun dalam. Fisik ataupun non-fisik.

Bukankah manusia itu memang harus meningkatkan kualitas dirinya hari demi hari agar membuat dirinya berarti?
Saya sudah tahu, sayang.
Terutama jika seseorang sedang di mabuk cinta.
Bukankah ia akan semakin memacu dirinya menjadi lebih baik?

Saya tahu, sayang. Saya perlu berubah.
Tapi perlukah kamu mengatakannya bersamaan dengan kata-kata tidak penting yang sudah pasti menyakiti hati saya?

Baiklah, kamu bilang kamu bercanda.
Tapi walau itu hanya kata-kata tak berarti, pernahkah kamu berpikir bahwa kata-katamu membuat paradigma tersendiri di pikiran saya?

Bahwa kamu adalah salah satu dari pria-pria yang pernah saya kenal.
Bahwa kamu adalah salah satu dari pria-pria bermoral dangkal yang senang memuja banyak wanita.

Salahkah kalau saya bilang bahwa penghakiman saya tentang dirimu berasal dari kata-katamu sendiri?

Benar jika kamu bilang saya tidak tahu dirimu. Dan itulah kenapa saya perlu mengatakannya padamu untuk meminta konfirmasi kebenarannya.

Benarkah kamu seperti yang saya pikirkan?

Tapi, kamu malah mundur dan menjadi takut pada saya.
Begitu kamu kembali, kamu memukul saya balik dengan membuat rumusan yang tak adil tentang saya.

Ya, saya memang pernah menceritakan tentang masa lalu saya.
Apa saya lupa bilang kalau itu masa lalu?

Saya pernah anggap gambar diri saya rusak. Itu dulu.
Saya pernah membenci orang-orang. Itu dulu.
Saya pernah menyakiti orang-orang dengan brutal. Itu dulu.
Saya pernah kehilangan kendali. Itu dulu.

Baiklah, saya mengaku. Terkadang saya pikir diri saya yang dulu akan kembali.
Tapi bukankah itu wajar jika kita sedang berada di titik terbawah kita?
Saya tahu diri saya yang dulu sangat mengerikan. Tapi saya sudah belajar.
Saya tidak seperti dulu.

Saya memang bilang, koreksi, memperingatkan kamu kalau MUNGKIN diri saya yang dulu akan kembali.
Manusia tidak bisa memprediksi kan'?
Jadi, saya menceritakan apa yang telah saya lakukan di masa lalu. Tidak semua masa lalu bisa saya ceritakan padamu, tapi kamu pasti tahu bagaimana gambarannya.

Tidakkah kamu tahu ketika saya mulai menceritakan masa lalu saya yang buruk, saya sebenarnya meminta kamu menyukai saya apa adanya, bahkan ketika saya menjadi monster sekalipun.

Tapi kamu bilang tidak menyukai saya yang sekarang.
Dari situ saya tahu kamu tidak mungkin menyukai saya apa adanya.

Dan saya, si wanita bodoh, yang tidak tahu bagaimana menghilangkan rasa cinta dari hatinya.
Yang hatinya sudah pasti pecah berkeping-keping ketika satu-satunya pria yang disukainya malah mengatakan akan membalas perasaannya di masa depan penuh kesempurnaan fana.

Saya, si wanita bodoh, yang bahkan mengatakan semua hatinya pada si pria yang disukainya bahwa dia menyukai pria itu apa adanya. Di masa buruk ataupun baik.
Saya, si wanita bodoh, yang hanya diam seribu bahasa, masih memiliki cinta pada pria yang kemudian malah berkata, "Kasihan" setelah mengatakan betapa berartinya dia di hatinya.

Saya, wanita bodoh, yang hanya bisa berdoa pada Sang Khalik agar tidak jatuh cinta lagi.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Cuman kabar-kabur

Yeah sori gw udah lama nggak nongol tanpa ngomong-ngomong dulu. Gw minta maaf ngga bisa blogwalking ke tempat kawan-kawan. Biasalah, alasannya gw harus pulang kampung dan tentunya menengok tempat hunian baru di kota kembang. Otomatis gw nggak sempat update blog. Paling cuman update status facebook dan twitter.

Yang seru dari perjalanan kali ini pun nggak spesial-spesial banget, walau harus gw akui kalau rumah baru kita di kota kembang luar biasa bagusnya hehe (maklumlah rumah baru). Dilengkapi dengan sofa ruang televisi yang super nyaman (pas buangeet di pantat), udara sejuk non air conditioning alias AC alam dan fasilitas perbelanjaan super komplit yang letaknya dekat banget (cuman modal jalan kaki). Kayaknya sih bakalan lebih milih pulang kampung ke kota kembang aja ketimbang ibukota yang super ruwet.

Tapi, gw sangat tidak tahan ama keadaan jalan kota kembang. Mau ke mana aja pasti ketemu macet mulu sampai bosan bok ketemu dia. Emangnya kita apaan sampai diikutin mulu ama dia? Cih! Kalau udah ngomongin ini, ibukota yang katanya Pusat Macet Se-Tanah Air bisa dibilang masih mendingan dibanding kota kembang. Soalnya belok dikit pasti ketemu macet. Menurut kita sih, penyebabnya karena jalanannya yang kurang cerewet kek ibukota yang semobil harus tiga oranglah atau jalan by-pass sebagai pengganti junction dan banyak kecerewetan lainnya yang patut ditiru oleh kota kembang.

Selanjutnya, banyak juga cerita-cerita baru serta kejadian lainnya selama gw pulang kampung. Bokap sempat DBD yang untungnya bisa dideteksi sedini mungkin sehingga keadaannya bisa diatasi. Mobil keluarga kita yang baru dibeli tahun lalu, Innova berwarna hitam secara fisik sudah kayak berumur puluhan tahun. Kaca spion bolong-bolong (nggak ngerti dah kenapa bisa bolong. Kek abis pulang dari medan perang), sisi luar mobil yang kebaret-baret dengan aneka goresan panjang, pendek, tebal dan tipis, dan isinya yang penuh dengan buku-buku, dokumen entah-apa dan terutama debu. Itu semua gara-gara sopir Bokap yang dodollipetsuperkuadrat. Ih, dia parah banget sampe gw males ngomongin dia. Itu mobil emangnya mobil kakeknya ampe dibuat hancur begitu? Bokap nyokap gw baik banget mau pertahanin dia. Kalo gw mah jangan harap dah bisa sebaik itu.

Untuk sementara sampai sini aja dulu ah.

Ciao.

Selasa, 10 Agustus 2010

Hari Ini

Di hari ini, panas, mendung-gerimis, lalu panas kembali, macet, dan migren.
Saya tidak bawa obat, capek, lelah sehabis mengitari kota kembang, kemudian setelah itu saya berdiri di bis yang penuh, sesak, di tengah-tengah kemacetan-nyaris-tak-bergerak-sama-sekali yang semakin mendistorsi pandangan mata.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, tapi setelah sekian lama saya berdiri saya baru tahu kalau saya....

N-Y-A-S-A-R.....

BANGKEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!

Saya Turun. Nyebrang. Naik bis yang sama. Dan keadaan pun tak lebih baik. Tetap panas, migren, dan di tengah-tengah kemacetan-nyaris-tak bergerak-sama-sekali seperti di bis sebelumnya.

Hasilnya?

ENAM JAM saya kesasar di jalan.

Separah-parahnya kemacetan kota Jakarta, masih mendingan kota Jakarta dibanding Bandung. STRES GILAKH. Belok sikit, ketemu macet. AMPYON, PARAH!!!