Selasa, 28 April 2009

Arti Hidup

Hidup adalah anugerah, terimalah.

Hidup adalah tantangan, hadapilah.

Hidup adalah penderitaan, atasilah.

Hidup adalah pertandingan, menangkanlah.

Hidup adalah kewajiban, lakukanlah.

Hidup adalah kesukaan, nikmatilah.

Hidup adalah lagu, nyanyikanlah.

Hidup adalah janji, penuhilah.

Hidup adalah tekai-teki, pecahkanlah.

Hidup adalah kasih, bagikanlah.

Hidup adalah kesempatan, gunakanlah.

Hidup adalah keindahan, bersyukurlah.

Bertindak dan isilah hidupmu bagi kemuliaanNya!

[taken from pembatas alkitab gw hehehe]

Senin, 27 April 2009

Berpacu Dalam Kegerakan

Kita akan belajar pentingnya selalu ada dalam kegerakan, dan tidak pernah membiarkan kita dalam kemandekan. Kita akan belajar bagaimana bergerak, berpacu dalam kegerakan dan menikmati kegerakan. Sebuah survei mengatakan bahwa orang yang hidupnya penuh dengan dinamika kegerakan adalah orang yang mempunyai kepuasan terbesar dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang hidupnya mengalami kemandekan, sukar untuk merasakan kepuasan hidup.

Kali ini kita akan belajar tentang aliran kegerakan ini dari mengamati perbedaan antara Danau Galilea dan Laut mati.

Danau Galilea

Danau Galilea adalah danau air tawar terbesar di Israel dengan luas sekitar 53 km dengan kedalaman 209 m. Air hangat Danau Galilea memiliki banyak flora dan fauna. Artinya Danau Galilea memiliki dinamika kehidupan yang sangat luar biasa.

Laut Mati

Laut Mati ialah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah otoritas Palestina dan Yordania. Di 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di permukaan bumi. Kadar garamnya mencapai 24-26 %, tiga kali lebih banyak dari samudera pada umumnya. Di dalam Laut Mati tidak mungkin ada kehidupan organis. Ikan yang terbawa ke dalamnya langsung mati. Itu tadi perbedaannya! Bagaimana dengan persamaannya?

Persamaannya adalah Danau Galilea dan Laut Mati mendapat air dari sumber yang sama yaitu sungai Yordan. Apa yang menjadikan perbedaan?

Aliran Air Danau Galilea senantiasa BERGERAK.

Danau Galilea menerima aliran air ini pada bagian utaranya, tapi juga mengeluarkan aliran air ini pada bagian selatannya. Artinya aliran air Sungai Yordan di Danau Galilea ini sangat dinamis, terus bergerak, dan tidak pernah berhenti. Inilah yang disebut BERPACU DALAM KEGERAKAN. Dan ternyata hasilnya sangat luar biasa. Aliran air yang terus bergerak ini menciptakan suatu situasi di mana dinamika kehidupan begitu luar biasa sehingga tempat itu menjadi tempat yang subur dan berbagai macam makhluk hidup bisa berkembang biak di sana. Ada pertumbuhan, ada perkembangan, dan ada kemajuan yang luar biasa.

Aliran Air Laut Mati mengalami KEMANDEKAN.

Laut Mati adalah perhentian terakhir dari aliran air Sungai Yordan tersebut. Setelah aliran air ini masuk ke dalam Laut Mati, aliran air ini tidak lagi bergerak, tidak lagi dinamis, ia berhenti dan mandek sampai di situ saja. Inilah yang sebut sebagai KEMANDEKAN atau KEMACETAN. Dan ternyata akibatnya juga sangat parah; segala sesuatu yang berhenti untuk bergerak akan mengalami kematian. Karena aliran air Sungai Yordan di Laut Mati mengalami kemandekan, maka Laut Mati menjadi tempat yang benar-benar mati sehingga hampir tidak ada kehidupan yang bisa berkembang di sana. Dalam kemandekan, yang ada hanyalah kematian, kemunduran dan kelesuan.

Pertanyaan besarnya adalah yang manakah hidup kita? Yang manakah yang paling cocok menggambarkan situasi dan keadaan kita? Danau Galilea atau Laut Mati?

(taken from Sentuhan Kasih, buletin mingguan edisi 26 April 2009 GBI KA)

Sabtu, 18 April 2009

where it hurts

Gw ga tau lagi apa yang gw rasain sekarang.

Sakit?

Ya jelaslah. Dia ngga nganggep gw. Dan itu sendiri udah lebih dari cukup untuk menjelaskan kenapa gw merasa merana sekarang. Tapi, rasa sakit itu semakin tidak terperikan dengan begitu banyaknya alasan yang dia jejalkan padaku.

Aku ingin berteriak.

Meraung sekencang-kencangnya.

Sampai dia menjawab pertanyaan tabu yang selalu kutahan-tahan selama ini.

WHY?
WHY?
WHY?
WHY?

Kenyataannya, gw ga bisa katakan tiga huruf itu padanya. Pertama, dia mungkin sudah bosan mendengarnya. Kedua, dia tetap tidak mau mengubah pendiriannya untuk menjawabnya. Alih-alih, dia cuma bisa bilang, ''You're just gonna hate me if you know the answer.''

Oh ya? Lalu, apa yang akan terjadi kalau aku bilang padanya aku sudah mulai membencinya saat dia mengatakan hal itu berpuluh ribuan kali?

"Maybe that's the best for you."


HAHAHAHAHAHA. Ya, aku tahu benar itu yang akan dikatakan padaku. Dan aku menggali kuburanku sendiri. Karena begitu dia tahu aku membencinya, dia akan menjauhiku. Mungkin tidak akan berbicara lagi denganku. Gila. Itu siksaan namanya, karena aku sangat membutuhkannya.

Jadi, aku diam.

Aku bahkan menghentikan otakku untuk tidak berpikir sama sekali. Karena, ketika otakku mulai bekerja lagi, kata 'Why?' akan kembali menghantuiku. Menyiksaku perlahan-lahan. Consuming me from the inside.

Why?
Why, God?
Why don't You give me a hint?

APA AKU SEBEGITU TIDAK BERHARGANYA BAGI DIA?

Tapi, dia bilang itu hanya penghakiman dari diriku sendiri. Bahwa dia menganggapku sangat berharga, makanya dia tidak mau menjawab pertanyaanku.

Tidak bisakah kukatakan padanya kalau perasaanku akan mengalahkan kebencianku? Houw, coba kutebak dia akan bilang apa lagi setelah ini.

"It's easy for you to say. But, I'm sure you're gonna hate me afterall."


This is not fair. What the hell am I to him? Apa arti diri gw buat dia? Kalau dia benar-benar menganggapku berarti, dia akan menjawab pertanyaanku, membiarkanku untuk mengambil pilihanku sendiri. Apakah aku akan membencinya atau tidak? Ya, aku tahu aku orang yang sangat emosional. Ketika aku membenci seseorang, aku selalu yakin dapat merobek darah daging seseorang. Tapi, ini dia. INI DIA. Orang yang sangat berarti buatku. Apapun yang dia lakukan, seperti apapun dia nanti, aku akan tetap menerima dia apa adanya. Karena dia tetaplah dia.

Kenapa dia tidak mau mempercayaiku?
Kenapa dia tetap tidak mau mencoba?
Kenapa dia begitu tega padaku?
Kenapa dia tidak mau mengerti perasaanku?
Kenapa dia tidak menganggapku?
Kenapa dia membuatku gila?
Kenapa dia tidak peduli padaku?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?

Seseorang tolong hentikan otakku. Aku tidak mau memikirkan kata tabu itu lagi. Aku tidak mau menebak-nebak jawabannya karena itu percuma. Aku tidak mau mengambil kesimpulan yang tidak bisa kuketahui kebenarannya.

Aku benci.
Aku marah.
Aku kesal.

Di atas semuanya itu, aku ngantuk.

Saatnya untuk tidur sekarang. udah jam 5 pagi, tapi belum tidur juga?

Kamis, 09 April 2009

Sembari Nunggu

Aih gila deh gw nungguin nge-donlot pelem boys over flower di hotspotan cafe, ternyata lambreta buener. Sama kek inet gw. Anjrot.

Jadi, gw pikir....sembari nunggu gw tulis apa gituh di blog. Dari dulu gw kepikiran seh untuk ceritain kisah nyokap gw lagi. Jadi, begini ceritanya...

FYI, nyokap gw itu galak, cerewet. Pokoknya dia itu tipe orang yang elo gak mau cari masalah deh ma dia. Kata-katanya pun tajam menusuk ibarat pedang samurai yang selalu diasah tiap detik hohoho. Bayangin deh hulk hijau yang suka ngamuk, bermuka garang? Bisa bayangin kan'? Dan bayangin juga kalau misalkan hulk itu malah ngelawak hahaha. Contohnya kek di peristiwa ini.

Waktu itu nyokap gw ulang tahun. Seperti biasanya kalau anggota keluarga ada yang ultah, kita pun keluar makan-makan. Aku ngerasa kurang puas, jadi aku ajak semuanya sekalian nonton. Semua pun setuju, termasuk abang, dan adek-adek gw yang lain. Kita pun langsung pergi ke Blitz (tempat fave kita). Sesampainya di sana, kita bingung mo nonton apa. Aku sama adek-adek dan abang buat lingkaran gituh untuk mendiskusikan pelem apa yang kita nonton. Waktu itu masih ada pelem Jumper. Masih ingat kan pelem itu? Tiba-tiba aja nyokap gw masuk ke dalam lingkaran dan bilang.

Nyokap:  Nonton apa sih nanti? Nonton The Jambret ya?

Kontan, saudara-saudara! Lingkaran suci tadi bubar dan kami semua menahan ketawa. Aku lari ke aula depan untuk ketawa dan abang gw lari ke wc untuk ketawa juga. Tidak ada seorangpun yang berani ketawa di depan nyokap. Dan, sejak itulah. Kata-kata The Jambret menjadi legenda di dalam rumah kami.

Jumper kok jadi The Jambret? Masih mending ya nyokap gw ngomong dengan berbata-bata karena tidak yakin. Tapi ini dia ngomong tegas, tanpa keraguan sedikitpun. Gimana ga ngakak? HAHAHAHAHA.

Sabtu, 04 April 2009

Tarot


Hari itu hujan dari siang sampai malam, padahal kita janjian jam 6 sore untuk ketemu di kafe favorit. Ketika hujan mulai reda, aku telpon Momon (begitu sebutanku untuknya) untuk pergi sesegera mungkin sebelum hujan kembali deras. Tapi, dia bilang untuk melihat keadaan sebentar lagi karena di tempat dia hujan masih deras. Ternyata, benar saja. Hujan malahan semakin deras sampai 2 jam ke depan dan akhirnya kami bertemu di kafe jam 8 malam.

Pas aku datang, Momon marah-marah. Soalnya aku telat setengah jam hehehe. Dia sindir aku sambil memberengut kesal. Aku tidak minta maaf dan tertawa mendengar kata sindirannya. Mataku lalu menyisir keadaan kafe di sekitar kami yang bisa dibilang sangat ramai. Padahal, seingatku, kafe itu selalu lengang jika aku datang. Aku kaget dan mengaku sedikit beruntung bisa mendapatkan tempat duduk di sana (tentu itu berkat Momon yang datang lebih cepat). Aku pun berbicara cukup lama dengan Momon dan bilang padanya ingin mencoba ramalan tarot yang ditawarkan di dalam kafe. Aku meminta pendapatnya, apakah itu pantas? Jika mengingat kami berdua adalah umat beragama yang tidak diperbolehkan melakukan hal-hal seperti itu. Aku bukannya apa-apa. Aku hanya penasaran karena tidak pernah mencoba meramal sebelumnya. Aku juga ingin ada bahan lelucon ketika nanti si peramal itu salah menjabarkan hidup dan masa depanku. Momon bilang terserah aku. Aku lalu langsung mendaftar tanpa keraguan di meja kasir dan kembali ke meja kami.

”Mbak ya yang mau diramal tarot?” Seorang bapak setengah baya mendatangi meja kami sambil membawa kain hitam dan kotak kayu. Aku menjawab pertanyaannya dengan mempersilahkannya duduk di sampingku dan menarik minuman makananku yang memenuhi meja. Bapak yang dipanggil Mas Jay ini kemudian menaruh kain hitam di atas meja dan membuka kotak kayu yang berisikan 2 gepok kartu besar dan kartu kecil.

“Kamu mau diramal apa?” Kata Mas Jay antusias sambil mengocok kartu besar yang kuminta (sebelumnya dia memintaku untuk memilih kartu kecil atau besar. Aku bilang aku mau kartu besar). Terus terang, aku bingung kalau ditanya seperti itu. Aku hanya ingin dia meramal masa depanku. Tapi, masa depan itu abstrak, bukan? Begitu banyak pertanyaan bodoh yang ingin kutanyakan, tapi di sebelahku ada Momon.

”Mas, kalau orang ngeramal ama Mas, mereka biasanya minta diramal apa?” tanyaku bodoh. Aku bisa melihat si Momon mendengus geli mendengar pertanyaanku yang membingungkan. Pastinya dia berpikir, ’mau diramal kok malah bingung?’ Ya itulah, aku. Si anak aneh hehehe.

”Biasanya orang mau diramal soal karier atau jodoh!”

”Ya udah, nes. Jodoh aja! Biar lo cepet kawin!” seru Momon bersemangat. Aku juga tidak tahu kenapa si Momon begitu gerah dengan status jombloku. Asal ketemu teman cowoknya di manapun, pasti selalu dikenalkan padaku dan digoda-goda, ‘Mbok ya tanya nomor telponnya!’ kata Momon di satu kesempatan ketika bertemu temannya di jalan, atau ‘Eh, ines bilang dari dulu cari dokter loh. Untuk menjamin masa depan.’ Katanya lagi pada seorang dokter fresh graduate di dalam suatu acara gereja. Seandainya dia tahu. Kalau setiap kali dia melakukan itu padaku, rasanya ingin kuikat dia dan kulem mulut cabenya, lalu melemparnya ke jurang xixixixixi.

“Mas, saya mau diramal karier deh.” Akhirnya, aku memutuskan. Aku disuruh mengambil 3 kartu dan memberikannya pada Mas Jay. Pria berkacamata itu sempat diam beberapa saat dan kemudian mulai berbicara. Dia bilang padaku kalau selama hidupku aku selalu berada di bawah kekangan papaku. Dan papaku telah merancang rencana ke mana aku akan bekerja setelah lulus. Kemungkinan besar, aku tidak akan bisa menolak papaku dan akhirnya bekerja sesuai keinginan dia. Mas Jay juga bilang di pekerjaan itu nanti, aku tidak menemukan jiwaku dan akhirnya aku mengalami keterpurukan emosi yang berkepanjangan dan memang sebaiknya aku keluar dari pekerjaan tersebut, walau pekerjaan itu akan mendatangkan materiil yang terbilang banyak. Dalam hatiku, aku bertanya. Bagaimana bisa Mas Jay tahu soal papa dan pekerjaan yang ditawarkan padaku? Gilaaa..... Tapi yang lebih mengagetkan adalah....aku dianjurkan untuk keluar dari pekerjaan itu dan menemukan pekerjaan baru yang membawaku pada puncak kesuksesan. Ketika kutanya, pekerjaan apakah itu, Mas Jay menyuruhku untuk mengambil 1 kartu lagi.

Dia bilang, pekerjaan yang membawaku sukses adalah yang berhubungan dengan dunia.....



F-I-N-A-N-S-I-A-L


Momon tertawa.


Aku terdiam seribu bahasa.


Aku tahu, Momon saja tahu kalau aku tidak pandai mengatur keuanganku sendiri. Lalu, bagaimana ceritanya aku bisa terjun dalam dunia finansial? Aku pun mulai meragukan ilmu si tukang tarot. Tak mungkin lah yauuuu. Aku pun protes pada Mas Jay kalau aku sebenarnya ingin terjun di dunia seni, entertainment, atau menjadi orang di belakang layar. Tapi, Mas Jay bilang kalau finansial yang dia maksud mungkin berhubungan dengan dunia itu. ’Yeah, whatever’ pikirku. Lalu, aku meminta untuk diramalkan jodoh. Si Momon terkekeh ketika mendengar permintaanku.


Tiga kartu terpampang di depan Mas Jay.


Dia bilang......

”Orang yang kamu sukai saat ini adalah orang yang cerdas dan sangat aktif dalam organisasi mungkin, atau dalam hubungan sosial yang luas.”


Damn. Dia benar lagi.


”Dia orang yang selalu berpikir rasional, berhasil dalam studinya dan seorang pemimpin dalam komunitasnya. Sayangnya, kamu merasa ada sesuatu yang menahan kamu untuk mendekati dia. Kamu sepertinya minder terhadap dia. Padahal kamu tuh punya sesuatu yang selalu menarik bagi dia. Tapi, kamu tidak tahu itu. Ada kesempatan kalau kamu mau berusaha, tapi memang persaingannya tidak gampang. Karena begitu banyak gadis yang juga tergila-gila padanya.”

Ya, Tuhan. Kenapa Mas Jay bener lagi sih? Dan juga, kenapa dia ngomong itu pas ada Momon di sebelah? Haduh! Ketahuan deh! Yang soal minder itu pun bener, walau aku ngga mau mengakuinya. Habisnya, he’s so damn perfect seh. Dan, aku tahu diri tentu saja. Aku lebih memilih mundur daripada nanti malah menggandeng gelar ‘cewe genit’ atau gelar apapun kalau aku tetap ngotot untuk mendapatkan dirinya. Jadi, lebih baik mengagumi dari jauh kan’? Pedih sih emang. Pedih banget. Apalagi kalau aku tahu dia dekat dengan puluhan cewek yang jauh jauh jauuuuuuuh....lebih layak dari aku.

But, I love him.

Bayangkan saja. Untuk mengatakan hal ini pada orang lain saja sudah sangat sulit. Mas Jay juga bilang hal ini pula loh (red: katanya aku tak berani bilang pada temanku sendiri kalau aku mengaguminya).

Mas Jay pun lalu meneruskan ramalannya.....

”Tapi, kemudian kamu bertemu orang lain. Sepertinya, kalian nanti bertemu dalam dunia kerja. Dan dia orang yang sangat keras, disiplin, berusaha mewujudkan idealisasinya. Dia orang hukum. Mungkin juga dia jaksa, pengacara, atau polisi. Karena kartu dia, ’the justice’.”

Tawa Momon langsung meledak kayak petasan.

”Waaaa....jangan-jangan si Didi nih jodoh kamu.....Ciyeeeeee.” goda Momon. Hidih ogah banget sama Didi. FYI, Didi itu teman sekampusku di kampus hukum. Dia tuh ya cowok yang nggak banget. Kerjanya tuh narsis gituh, trus suka moto-moto ga jelas, nutupin bayangan aku pas aku lagi dipoto, majang-majang poto aku yang jelek-jelek di fb, ngata-ngatain orang, ngadu narsis ma aku. Eh plis deh yaaaa. Masih kerenan aku gituh loh, tapi masih juga dia ngotot.

Setelah itu waktu berjalan semu. Aku biarkan Momon tertawa lepas sampai puas hingga akhirnya dia berhenti sendiri dan memintaku bertanya soal ’itu’.

Apakah soal ’itu’ itu?

Jadi, begini ceritanya. Aku pernah merasakan hal-hal yang bukan berasal dari dunia ini. Yeah, beberapa orang boleh tertawa dan bialng aku pembohong. Ya, monggo. Aku ngga keberatan karena aku sendiri masih nggak yakin. Tapi, anehnya si Momon ini percaya dengan my 'hidden power'. Eh tauk-tauk, pas aku membagi keraguan padanya, dia lama-lama jadi ikutan nggak yakin kayak aku. Hahahaha.

Aku pun cerita pada Mas Jay soal itu.

Mengejutkan.

Aku belum selesai cerita...baru di saat aku bilang ‘....aku kek bisa merasakan hal yang tidak semestinya....’ Mas Jay langsung motong omonganku.

“Aku tahu kok kamu ada semacam indra keenam begitu. Dari tadi kelihatan jelas. Sepertinya itu turunan dari pihak papa kamu ya?”

Saudara-saudara. Saya kalah telak. Dia juga tahu soal itu. Dan itu benar banget. Jadi, konon katanya. Kakeknya papaku adalah dukun yang termasyhur di kampungnya. Saking tinggi ilmunya, dia sampai-sampai tidak bisa mati. (red: akhirnya dia bisa mati setelah melakukan ritual selama sebulan).

Mas Jay memintaku untuk memgambil 3 kartu lagi. Dia bilang kekuatanku ini akan semakin kuat ketika aku sudah bekerja nanti. Malahan, aku dianjurkan menjadi tukang tarot seperti Mas Jay. Pria muda itu lalu bercerita soal kehidupan masa lalunya dan membagi pengalamannya yang tidak biasa padaku. Dia juga secara langsung menyuruhku untuk lebih mempelajari bagaimana untuk mempertajam instingku dan lebih mengawasi alam atau keadaan di sekitarku yang selalu memberiku pertanda kalau ada kejadian buruk yang akan terjadi. Mas Jay juga bilang agar aku untuk bersiap-siap kalau kekuatan sixth senseku sudah sempurna. Tentu saja aku yang sekarang belum siap menerimanya. Jadi, masih butuh waktu katanya. 

Hiiii........

Kalian pernah dengar tidak yang begituan?

Minta diramal, tauknya malah disuruh jadi tukang ramal.

Haduh, aneh-aneh saja pengalamanku hehehe.

Kamis, 02 April 2009

filariasis...siapakah yang mau peduli?

Pernah tidak membayangkan seperti apakah penyakit filariasis itu? Percaya tidak bahwa nyamuk yang begitu kecil dan suka mendengung di telinga kita ternyata adalah penghantar penyakit ini?

Filariasis atau dikenal dengan penyakit kaki gajah disebabkan oleh microfilaria. Bentuknya seperti cacing dan hidup dalam darah manusia. Nah, nyamuklah yang membawa microfilaria ini. Ketika dia habis menggigit penderita kemudian menggigit orang laen lagi, maka orang itu bisa ikut terjangkit penyakit ini. Mengerikan!! Penyakit ini membawa penderitaan yang teramat sangat. Orang yang menderita penyakit ini umumnya mengalami pembengkakan di kakinya. Bahkan bila parah, khususnya kaum lelaki, maaf .. buah pelirnya pun bisa sebesar gentong.

Di Desa Pundok, Sumba Tengah, begitu banyak penderita filariasis. Berdasarkan hasil screening, ada 320 orang positif filariasis pada tahun 2000, kemudian 40 di tahun 2005 dan 60 di tahun 2006. Itupun hanya yg gejala klinisnya tampak, yakni yang mengalamii pembesaran di kakinya .. belum pula yang tidak tampak, artinya sepertinya sehat2 saja, tp belum tentu benar-benar sehat. Pernah ada warga yang kakinya biasa saja, namun ketika diperiksa darahnya, ternyata cacingnya paling besar di antara penderita lainnya .. fiuuuhhh!!!

Dulu menurut kepercayaan mereka, penyakit ini adalah karena kutukan. Mereka menyebutnya 'kapaula'. Mereka percaya kalau orang menginjak batu kapaula, yang menurut mereka keramat, maka kakinya akan menjadi bengkak.

Mungkin kita tidak pernah membayangkan bagaimana menderitanya mereka. Tiap bulan purnama, mereka harus dekat-dekat dengan api agar kakinya terasa hangat karena saat bulan purnama itu, mereka merasakan sakit yang luar biasa. Belum lagi bila kaki mereka terantuk batu atau apapun .. kalau sudah luka sedikit saja .. 1 minggu mereka tidak bisa jalan atau melakukan aktivitas apapun.

Ironisnya .. sedikit sekali yang peduli dengan mereka. Satu saat ketika mereka pergi ke dinas kesehatan untuk melaporkan penyakit ini, bukannya mendapatkan tanggapan yang positif, mereka malah dimaki-maki dan disuruh pulang karena dianggap memalukan. Memalukan siapa??? Pantaskah mereka diperlakukan seperti itu????? 

Tidak mudah memang menolong mereka, banyak sekali tantangannya. Belum lagi kondisi mereka diperparah dengan kondisi ekonomi yang sangat miskin, kondisi lingkungan yang tidak sehat, sulitnya mendapatkan air bersih, pengetahuan yang sangat minim, lokasi yang sangat terpencil, jauhnya dan minimnya obat di puskesmas, dan masih banyak lagi problem yang mereka hadapi. 

"Siapa lagi yang mo peduli dan memperhatikan kami?" Itulah yang selalu mereka pertanyakan ....

[taken from fb notes mbak Krista, aktivis LSM Kesehatan Masyarakat dalam Perjalanannya di Sumba. Isi sudah seizin orang yang bersangkutan hehehe. Smoga catatan kecil ini membuka mata anda.]