Sakit?
Ya jelaslah. Dia ngga nganggep gw. Dan itu sendiri udah lebih dari cukup untuk menjelaskan kenapa gw merasa merana sekarang. Tapi, rasa sakit itu semakin tidak terperikan dengan begitu banyaknya alasan yang dia jejalkan padaku.
Aku ingin berteriak.
Meraung sekencang-kencangnya.
Sampai dia menjawab pertanyaan tabu yang selalu kutahan-tahan selama ini.
WHY?
WHY?
WHY?
WHY?
Kenyataannya, gw ga bisa katakan tiga huruf itu padanya. Pertama, dia mungkin sudah bosan mendengarnya. Kedua, dia tetap tidak mau mengubah pendiriannya untuk menjawabnya. Alih-alih, dia cuma bisa bilang, ''You're just gonna hate me if you know the answer.''
Oh ya? Lalu, apa yang akan terjadi kalau aku bilang padanya aku sudah mulai membencinya saat dia mengatakan hal itu berpuluh ribuan kali?
"Maybe that's the best for you."
HAHAHAHAHAHA. Ya, aku tahu benar itu yang akan dikatakan padaku. Dan aku menggali kuburanku sendiri. Karena begitu dia tahu aku membencinya, dia akan menjauhiku. Mungkin tidak akan berbicara lagi denganku. Gila. Itu siksaan namanya, karena aku sangat membutuhkannya.
Jadi, aku diam.
Aku bahkan menghentikan otakku untuk tidak berpikir sama sekali. Karena, ketika otakku mulai bekerja lagi, kata 'Why?' akan kembali menghantuiku. Menyiksaku perlahan-lahan. Consuming me from the inside.
Why?
Why, God?
Why don't You give me a hint?
APA AKU SEBEGITU TIDAK BERHARGANYA BAGI DIA?
Tapi, dia bilang itu hanya penghakiman dari diriku sendiri. Bahwa dia menganggapku sangat berharga, makanya dia tidak mau menjawab pertanyaanku.
Tidak bisakah kukatakan padanya kalau perasaanku akan mengalahkan kebencianku? Houw, coba kutebak dia akan bilang apa lagi setelah ini.
"It's easy for you to say. But, I'm sure you're gonna hate me afterall."
This is not fair. What the hell am I to him? Apa arti diri gw buat dia? Kalau dia benar-benar menganggapku berarti, dia akan menjawab pertanyaanku, membiarkanku untuk mengambil pilihanku sendiri. Apakah aku akan membencinya atau tidak? Ya, aku tahu aku orang yang sangat emosional. Ketika aku membenci seseorang, aku selalu yakin dapat merobek darah daging seseorang. Tapi, ini dia. INI DIA. Orang yang sangat berarti buatku. Apapun yang dia lakukan, seperti apapun dia nanti, aku akan tetap menerima dia apa adanya. Karena dia tetaplah dia.
Kenapa dia tidak mau mempercayaiku?
Kenapa dia tetap tidak mau mencoba?
Kenapa dia begitu tega padaku?
Kenapa dia tidak mau mengerti perasaanku?
Kenapa dia tidak menganggapku?
Kenapa dia membuatku gila?
Kenapa dia tidak peduli padaku?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Seseorang tolong hentikan otakku. Aku tidak mau memikirkan kata tabu itu lagi. Aku tidak mau menebak-nebak jawabannya karena itu percuma. Aku tidak mau mengambil kesimpulan yang tidak bisa kuketahui kebenarannya.
Aku benci.
Aku marah.
Aku kesal.
Di atas semuanya itu, aku ngantuk.
Saatnya untuk tidur sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan kesan dan pesan anda. I only receive spam from friends only, please. Thank you.