Selasa, 20 April 2010

True Friend



Enak juga punya temen yang bener-bener ngerti. Yang nggak serta-merta nge-judge, mandang rendah orang lain, dan selalu merasa superior. Jarang banget saya bisa temuin orang kayak gituh, dan kalaupun ada pastilah orang itu kebanyakan ber-gender cowok yang kebetulan rata-rata memiliki kepercayaan universal (jika anda tahu apa maksud saya hohoho).

Bukannya rasis atau secara insting memosisikan diri sebagai rival, tapi saya selalu ngerasa ga sreg berteman dengan kaum hawa. Kalau anda tanya saya, banyak banget yang bisa dipermasalahkan dengan mereka dan kesalnya masalah kecil pun bisa menjadi besar ketika berurusan dengan mereka. Saya malas kalau udah menyangkut masalah begini.

Pertama, mereka mengatas-namakan moral dan prinsip ‘tidak enak’ kemudian membenarkan untuk membicarakan cacat orang lain di belakang, bukan di depan orangnya langsung. Oke, masih bagus kalau cuma segelintir yang tahu, tapi kalian tahu kan bagaimana kelakuan kaum hawa yang tidak tahan menggerakkan bibirnya cuma sedikit. Yep, mereka belum puas kalau belum monyongin bibir sepanjang-panjangnya hingga pada akhirnya apa yang diketahui oleh satu orang kemudian meluas dan meluaaaaas sampai seluruh dunia tahu, lalu diam-diam menertawakan si terdakwa tadi.

Kedua, entah apa namanya ini. Konteks lebih luasnya, mereka itu berimajinasi tinggi. Memang lebih cocok jadi penulis cerita sinetron atau drama sabun murahan lainnya. Soalnya mereka sering membuat cerita yang sarat dengan konflik-konflik sinetron yang tentu saja tidak didasarkan oleh fakta. Mereka suka berasumsi, membuat rumusan tak masuk akal dan parahnya mereka berani-beraninya membuat hasil karangan itu sebagai fakta utama, garis besar dari penyimpangan dongeng-dongeng yang mungkin muncul karena bedanya persepsi orang lain.

Ketiga, yaa~soal ini jujur, saya sendiri juga menjadi salah satu penganutnya, yaitu masalah insting rival secara tak sadar. Kayak masalah mami saya dan rekan kerjanya. Setiap ada peningkatan mutu di keluarga kami seperti mobil baru, rumah yang direnovasi, dan sebagainya, pastinya rekan kerja mamiku ngga mau kalah, bahkan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal agar dilihat superior hahaha. Kalau saya sih bukan masalah materi macam ini, tapi lebih ke prestasi. Woh, saya bisa sirik minta ampun sampe-sampe saya bisa marah betulan sama rival saya hohoho.

Tapi yaa~berdasarkan pengalaman, ada juga kaum adam yang ternyata memiliki spiritual jiwa feminim. Maksud saya, ada cowok-cowok yang juga bersifat seperti yang di atas tadi. Kalo saya sih biasa menyebut mereka cowok bencong hohoho. Tapi, ada juga cewek yang tidak bersifat seperti di atas.

Dan akhirnya saya ambil kesimpulan: oke, mungkin yang salah itu bukan gendernya, mungkin cara berpikir mereka yang tergantung hasil didikan budaya lingkungan mereka. Dan benar saja, saya perhatikan orang-orang yang tidak bersifat di atas, khususnya di nomor satu dan dua adalah orang-orang yang berpikiran luas dan ber-ego tinggi. ‘Yeah, buat apa sih mikirin orang lain yang ngga ada hubungannya ama gue?’ ====> kayak gini nih cara berpikir mereka wakakaka. Walau, ada juga orang yang memang selalu fair and square, mungkin karena mereka terdidik dengan baik dalam keluarga maupun lingkungan kali ya? Pokoknya salut deh sama orang-orang yang mampu berpikir maju dan luas, tidak berpikir picik, dan selalu berpikir positif membangun.

Ada lumayan banyak teman cowok saya yang seperti itu memang, dan saya sudah pasti mengagumi mereka dan selalu dan selaluuuuu selalu menyusahkan mereka karena saya butuh bantuan mereka untuk well…..memperluas pikiran saya juga (secara garis besarnya). Tapi kadang ada hal di mana saya sebagai cewek tidak bisa berbagi masalah-masalah pelik yang tidak bisa dimengerti oleh cowok. Jadilah saya merasa nelangsa karena tidak ada yang benar-benar bisa memahami saya.

Sampai akhirnya hari ini, saya baru tahu kalau ternyata selama ini saya mempunyai tambahan teman sejati lagi dan lebih spesialnya, dia itu kaum hawa. Hiks, saya terharu, apalagi dia selalu memberikan solusi yang benar-benar mengena di hati, bukan cuman omongan muluk-muluk mengenai surga, ke-Tuhanan dan sebagainya yang sekarang ini membuat saya muak.

Ufgh, saya merasa bersyukur.

Saya mungkin tidak perlu lagi berkata, “I have many friends, but I always feel alone.”

Maybe this time I’ll say, “I have many friends, and I feel so happy about it.”

Mungkin yang perlu saya lakukan adalah membuka pikiran saya, dan dengan pikiran positif, saya akan mengubah dunia.


8 komentar:

  1. hahahah jika diawal kamu begitu mejudge "cewek" baikny km ganti kelamin aja biar ga keseret label cewek. tpi kr diakhir kamu mengakui bahwa cewek ga selamanya gitu, lu diampuni wkwkwkkwwk

    BalasHapus
  2. Yup saya setuju dengan kata terakhirnya, pandanglah segala sesuatu dari sisi yg positf

    BalasHapus
  3. punya byk teman tapi merasa sendiri? aku juga mengalaminya. tapi itu wajar kok. ada saatnya kita spt itu.

    BalasHapus
  4. mmmm...! Semuanya ada kelebihan dan kekurangan.

    BalasHapus
  5. yah anake orang banyak kan macem2 juga :)))

    BalasHapus
  6. Gunakan sesuai kebutuhan aja *kayak anjuran minum obat, kalo kamu ngerti maksud saya*...
    *komen OOT* hehehe

    :P

    BTW, apa kabar, Nez? Lama ga maen kesini, ternyata udah punya jaringan inet sendiri yak? Ikutan senang daku :D

    BalasHapus
  7. teman adalah perhiasan dunia...tinggal kita yang harus pintar2 memilihnya.... ;-)

    BalasHapus
  8. pintar-pintar memposisikan diri ajah kali yah sayy..

    :D
    :D

    tp klo aku sih, so happy to know youuuu..
    *hugs*

    BalasHapus

Tuliskan kesan dan pesan anda. I only receive spam from friends only, please. Thank you.