Kamis, 15 Oktober 2009

Tertawa Saja, Walau Berat

Duh, gw juga nggak tahu kenapa sebabnya. Gw sering banget ketemu orang yang setipe sama gw. Sama gilanya kayak gw, sama erornya, sama lemotnya (mungkin lebih), dan terutama sama stresnya. Untuk kata terakhir yang gw garis-bawahi adalah merupakan hal yang paling nggak gw sangka-sangka ada dalam manusia-manusia gila tersebut (termasuk gw).

Uh, nggak keitung lagi deh seberapa banyak orang yang seperti itu di sekitar gw. Mereka ketawa-ketiwi, buat hal-hal penganehan yang mengguncang seisi perut kita kayak gempa bumi dan hampir mati ngakak, eh nggak tahunya mereka punya segudang masalah yang buat siapapun yang mendengar sunyi senyap, diam terhenyak sampai kepikiran selama berminggu-minggu, bagaimana bisa orang macam mereka masih bisa survive, masih bisa eksis dan masih sempat-sempatnya memakai status pasien akut sakit jiwa.

Yang paling mencengangkan sewaktu gw ikut acara sejenis ‘Camp’ di Bandungan. Ketika semua orang harus membayar biaya 100 ribu perak untuk biaya nginap di hotel bintang tiga plus akomodasi selama 3 hari, gw malah Free 100% karena subsidi pihak yang sangat baik hati hohoho (ente jangan nuduh sembarangan, gw nggak malakin orang loh kali ini). Gw awalnya cuma kepengen ngerasain doang yang namanya Bandungan, gw bahkan saat itu nggak tahu sama sekali kita semua ke sana dalam rangka acara apaan dan untuk apa. Yang gw tahu, gw diajakin temen yang menjelaskan betapa enaknya udara di sana.

Pokoknya gw nggak peduli dah walau gw nggak kenal siapa-siapa di sana, kecuali satu teman dekat yang kebetulan akrab sama semua panitia acara. Pas sampai di sana, gw ngga nyangka gw bisa kenalan dengan banyak orang yang seru-seru. Setiap ketemu, kita pasti suka mengobrol banyak, bertanya banyak hal yang digeluti bidang masing-masing.

Di situ, gw bertemu satu orang cewek yang lain daripada lain. Sebut saja namanya Dina. Dia itu bener-bener aneh dan gw suka banget sama dia. Aslinya, muka dia itu galak sekali seperti muka orang batak (padahal dia murni berdarah Jawa dari turunan nenek-neneknya-nenek moyangnya). Suara dia pun tegas banget. Sekilas, kita pasti menganggap dia orang yang serius dan mengerikan. Tapi, jika didekati 1 meter saja, dijamin deh kita pasti ngakak kenceng banget, karena dia suka ngejokes garing, tapi hasilnya lucu banget karena keluar dari muka datar galak dan suara tegas dia.

Bayangin aja muka orang paling galak, yang tetap tak berekspresi sama walau mengatakan jokes.

Seperti itulah dia.

Selain itu, dia juga orang yang sangat bijak. Mungkin karena dia belajar di teologi kali ya? Gw sering banget diskusi sama dia diseling ngakak juga deh ujung-ujungnya. Di hari kedua, panitia ’meminta’ (lebih tepat disebut memaksa) para peserta untuk bersaksi soal hidupnya. Oh iya, lupa jelasin. Acara ’camp’ ini ternyata adalah acara pemulihan kepahitan batin—yaitu acara untuk memaafkan orang yang dibenci, mulai dari kepahitan terhadap orangtua, saudara, teman, semuanyalah.

Orang pertama yang maju berasal dari panitia sendiri, lalu diikuti oleh para peserta (yang dipaksa), tapi ada juga yang maju karena keinginannya sendiri. Masalah yang mereka ceritakan menurut gw masalah yang sepele, mungkin karena masing-masing orang malu untuk menceritakan masalah pribadi di depan orang banyak, jadinya mereka hanya bercerita hal yang nggak penting.

Sesi pertama berakhir, lalu dilanjut ke sesi kedua. Gw semangat banget lihat si Dina maju juga. Sambil senyum-senyum gak jelas, gw godain si Dina biar salah tingkah di depan, tapi matanya malah nyeremin serius gituh. Wah, kayaknya dia lagi ngga bisa diajak bercanda, pikir gw. Dan, jleb!!!! MASALAH DIA BOK. GILAAAA KALO DIOMONGIN DI DEPAN ORANG BANYAK.

DIA BILANG DI UMURNYA YANG KE-12, DIA DIPERKOSA SEPUPUNYA.

Lalu, ketahuan pas dia sempat hamil dan anaknya pun mati.

Mana orangtuanya keras.

Orangtuanya juga tahu, tapi kayak seakan-akan hal itu nggak pernah terjadi.

Anak mana yang nggak sakit hati sama orangtua kayak gitu?

Ampun, gw sampai nangis dengar kisah hidup si Dina.

Dia pun akhirnya kabur dari rumah dan nggak dianggap sebagai anak lagi oleh orangtuanya.

Dia itu masih muda banget loh, tapi udah ngalamin hal seperti itu.

Sekarang umurnya 21 tahun, tapi dia udah mengalami semua hal di atas pas di umur belasan tahun (gw nggak tahu tepatnya)


Setelah dia bersaksi, semua peserta camp jadi berani untuk menceritakan masalah mereka yang sebenar-benarnya, termasuk gw (gw dipaksa euy sama yang bayarin ongkos gw. Ga enak kalo aye ga maju, nanti aye disuruh pulang jalan kaki hehehe). Dan juga teman dekat gw yang bikin kaget orang sekampung-kampung. Fyi, teman dekat gw tuh tukang ngocol berat. Ibarat kereta yang kalau udah jalan, nggak bisa berhenti lagi. Dia itu yang bener-bener parah mampus dah orangnya. Orang gila beneran. Suara ngakaknya pun gede banget. Deuh.

Masalah dia?

Well, her dad left her years ago without any message and stuff. Dan juga banyak masalah lainnya yang ngga enak gw ceritain di sini (dia nanti tonjok gw mampus-mampusan kalo baca blog ini).


Ada juga teman di satu tim sukses gw di tim….errr….rahasia hehehe. Dia itu profesinya penyiar radio dan gw bener-bener nggak tahu kalau dia pernah married. Punya anak pula dan dia cerai karena alasan suaminya yang menurut gw nggak jantan banget. Sedihnya, temanku dan anaknya bahkan dianggap nggak pernah ada oleh mantan suaminya. Temanku single-mother, pastinya butuh biaya banyak untuk mengurus anak, apalagi ia hanya bekerja di radio yang menuntut dia harus pulang malam setiap hari.


Kok bisa ya ada orang seperti mantan suaminya? Hanya mengobral janji palsu akan berusaha membantu kehidupan mantan istri dan darah dagingnya sendiri. Nyatanya, temanku harus.....hiks.....ya begitulah. Kesalnya, mereka cerai di saat temanku masih hamil. Anaknya sama sekali tidak pernah bertemu ayah kandungnya dan kadang, katanya anak dia INGIN sekali bertemu ayahnya.

Ya ampun.

Oh Tuhan, mampukan temanku ini.

Gw bisa bayangin gimana hancurnya perasaan dia pas dengar anaknya ingin bertemu ayahnya.


Ufgh.


Lalu, ada lagi ibu-ibu kenalan gw yang tiap hari tampak ceria dan sering memberi saran yang menarik buat kita anak-anak muda yang ingin menguruskan badan atau membuat penampilan menarik, dan juga tips-tips lainnya untuk persiapan kalau sudah menikah nanti. Dari semuanya ini, gw kira ibu ini hidup di keluarga harmonis, disayangi suami dan dicintai anak-anaknya. Tidak tahunya, dia itu ditinggal suaminya selama bertahun-tahun dan ia harus menghidupi tiga anaknya yang masih kecil-kecil.

Urgh...aku kehabisan kata pas tahu ini dari mulutnya sendiri.

Dengan mata memerah, ibu itu cerita kalau suaminya memalsukan surat kematian dia dan menikah dengan wanita lain.


Gw ngerasa miris banget pas dengar kalau rumah suami dan istri keduanya berada tak jauh dari rumahnya, tapi suaminya tidak mau juga balik ke rumah. Kadang anak tiri ibu itu datang ke rumah minta makanan dan bahkan dimandikan oleh ibu kenalanku ini. Uh, tapi si istri kedua seakan tidak tahu diri dan sering menjelek-jelekkan istri pertama dan ketiga anaknya.

Ah, hidup.


Kenapa hidup seberat ini.....hiks hiks.....






12 komentar:

  1. hiks,,sedih banget. ternyata yang kita lihat nggak seceria di dalamnya ya. mereka pintar menyembunyinkan emosi yang mereka pendam. andai Henny juga bisa gitu *sigh*

    BalasHapus
  2. well, that's the only way to live your life...
    senyum dan tawa mampu mengurangi rasa sakit, meskipun ga mampu untuk menyembuhkan...

    Nice posting...
    salam kenal dari saya...

    BalasHapus
  3. Hihihi... itulah hidup, mereka yang tertawa lepas kadang merupakat wujud persembunyian dari masalah maha berat didalam dirinya.

    Bagus nes postingan yang ini...

    BalasHapus
  4. Mereka itu bagai Rajawali

    Makin didera badai, makin kuat sayap mereka

    BalasHapus
  5. that's a life, nez. ada byk masalah yg kita gak tahu, spt selubung kabut di pegunungan. ada byk orang yg ternyata punya masalah berat ketimbang kita. krn itu, bersyukur senantiasa atas semua masalah kita. dan ..biasanya orang2 yg lucu dan suka bergurau seringkali punya masalah sgt berat. aku pernah punya teman kocak tapi ternyata dia punya problem berat dlm keluarganya. who knows?

    BalasHapus
  6. oooo... yang kamu palakin aku 100 ribu itu buat nginep ya??? balikiiiiinnnn huehuehuehue...

    BalasHapus
  7. thats life nez.. dari luar keliatan adem dan baik2 aja, tapi dalamnya hancur. aku nemu banyak banget orang yang kayak gini. Termasuk aku juga..hehe

    BalasHapus
  8. itulah hidup, emang biasanya tentrem tapi suatu ketika bisa remekkk

    BalasHapus
  9. yaolo sedihnya.....:(
    kasian yah...
    emg hebat org2 yg bs nutupin sedihnya yah, tegar gitu...

    BalasHapus
  10. Hidup terkadang keliatan diluar batas yang bisa kita tanggung, walo tetep aja ada para survivor yang terus berjuang.

    BalasHapus
  11. Saling menuatkan saja karena itu sangat penting =)

    BalasHapus
  12. Dina... orangnya menarik, ya? :)

    BalasHapus

Tuliskan kesan dan pesan anda. I only receive spam from friends only, please. Thank you.